OPINI PERSONAL ; MENOLAK LUPA AKAN NOBAR FILM DOKUMENTER 17 SURAT CINTA TANPA RESPONSIF
Pembabatan hutan yang besar besaran di
beberapa titik wilayah Indonesia adalah bentuk aktualisasi terhadap komitmen
untuk membangun Indonesia dari aspek pangan untuk kemudian misi swasembada
pangan yang di wacanakan oleh pemerintahan Indonesia di bawah komando Prabowo
Subianto terwujud,Semuanya itu berawal dari peristiwa importir Indonesia dari
2023 dan 2024 melonjak begitu signifikan,seperti data yang di keluarkan melalui
media CNBC INDONESIA menyatakan bahwa angka impor pangan per Januari sampai mei
2023 sebesar 854 ribu, dan di tahun 2024 per Januari sampai mei (awal tahun)
melonjak menjadi 165, 27% atau 2,2 juta
ton, Sementara BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia mencatat dalam kurun waktu
Januari sampai Agustus 2024 impor pangan berupa beras sudah mencapai 3,05 juta ton, adapun negara
yang di impor ya itu Thailand sebesar 1,13 juta ton , Pakistan 460 ribu ton ,
dan Vietnam 470 ribu ton, oleh karena impor yang semakin meledak naik, maka
pemerintah membecut program swasembada pangan melalui pemanfaatan ribuan hektar
hutan untuk membangun lahan pangan.
PERSOALAN YANG MEMBELUDAK DI MASYARAKAT
Titik kontroversi dari misi pembangunan
ini justru terlihat jelas ketika masyarakat yang ruang hidup bersentuhan
langsung dengan lingkungan yang di eksploitasi, menolak program itu yang di
nilai sebagai pemicu kerusakan hutan besar besaran, artinya pembabatan hutan
ini akan berdampak terhadap kekurangan air bersih yang mula mulanya masyarakat
kaya akan air bersih,tetapi kehadiran proyek ini seolah memisahkan mereka dari
tatanan kehidupan sebelumnya yang makmur akan air bersih, begitu pula dengan
jenis tumbuh-tumbuhan di hutan yang beragam akan hilang sekejap, padahal
masyarakat yang tinggal di titik itu menjustifikasi bahwa semua tumbuh_tumhuhan
itu punya nilai guna dalam kehidupan mereka, Begitu pula dari sisi spesies
makhluk hidup yang melata secara rumah untuk tinggal dan tempat mencari hidup
adalah di hutan, dengan pembangunan proyek yang membabat hutan ini seakan
membakar semua rumah binatang atapun semua makhluk hidup yang berada di hutan.
17 SURAT CINTA TERKIRIM TANPA PEMBALASAN
Surat cinta yang di maksud adalah cinta
yang bermakna, yang terbalut dalam romantika dengan alam hutan yang bersih dan
humanis, ketika segerombolan pecinta alam hutan itu melihat bahwa hutan mereka
di perkosa oleh pihak yang membecut program pembangunan dengan mengorbankan hutan
itu, mereka pun tidak tinggal diam, itulah yang kemudian memantik mereka untuk
mengirimkan surat cinta akan alam hutan Indonesia ke pihak pemerintah Indonesia
agar supaya surat itu di respon dan di ambil tindakan yang dapat mengurangi
beban psikologis dari pecinta alam hutan ini, dan bahkan psikologis masyarakat
Indonesia yang cinta alam Indonesia, ketika surat cinta pertamanya mereka tidak
di respon mereka pun mengirimkan surat cinta yang ke dua begitupun seterusnya
sampai yang ke 17 kali surat cinta mereka di kirim sembari mengharapkan balasan
dengan cinta pula ,tatapi malah harapan mereka itu di padam dengan sikap diam
dari pemerintah, artinya pemerintah tidak membalas sama sekali surat itu,
Oleh karena rasa cinta akan alam hutan
Indonesia yang tidak pernah terbatas mereka pun mendatangi langsung lembaga
pemerintah untuk melakukan audiensi secara face to face dengan pemerintah, dan
waktu itu mereka merasa puas dengan respon dari pemerintah yang membuka ruang
bagi mereka dan wacana pemerintah yang menenangkan batin mereka, Sehingga
mereka sangat mengharapkan bahwa ungkapan itu di realisasikan di lapangan,
Tetapi seiring perjalanan waktu malah yang terjadi bertolak belaka dengan
komitmen bersama pada saat audiensi , buktinya pasca melakukan audiensi dengan
pemerintah masih ada operasi alat berat untuk menggusur dalam membabat hutan.
MEMENTINGKAN PDB NEGARA MENGORBANKAN HUTAN
Produk Domestik bruto adalah bagian dari
titik perhatian yang begitu serius juga dari pemerintah, Dengan meningkatnya
PDB, negara dapat dengan mudah mengakses kemakmuran akan bahan_bahan baku
mentah yang kemudian akan di olah menjadi bahan masak, apalagi PDB yang di
tengah di prioritaskan adalah bahan bahan baku minyak berupa kelapa sawit.
Tetapi upaya itu seolah adanya pemanfaatan sistem opportunity ya menginginkan
kemakmuran melalui hasil bumi dengan
cara membuka lahan yang besar besaran untuk kemakmuran rakyat, ini artinya
mengorbankan hutan satwa marga,Langkah yang baik dari pemerintah semestinya
mengimbangi atas dua kebijakan ini, dengan tidak membebankan terhadap
pemanfaatan hutan satwa marga saja tetapi tidak menjadi persoalan juga kalaupun
di impor sebagianya.
Mengingat pada kebutuhan akan pangan
Indonesia yang berpatok terhadap jumlah penduduk yang membutuhkan akan
ketersedian pangan, tentu tidak luput juga dari analisis yang panjang juga
terkait dengan banyak yang butuh ,tetapi wadah atau Sarana penyedia pangan itu
rentan dengan persoalan-persoalan di masyarakat. Ketika hari ini kita melihat
ada begitu banyak peristiwa kontroversial di masyarakat oleh karena proyek
pembangunan negara yang berbasis pada lingkungan hidup atau yang secara
keharusan proyek itu beroperasi di titik titik hutan satwa marga yang
semestinya hutan itu di biarkan berkembang supaya tetap mengantongi banyak
kandungan kekayaan air, begitu pula dengan kekayaan-kekayaan lain yang tersedia di hutan, kampanye keselamatan
hutan dan kestabilitasan hutan yang begitu nampak saat ini ya itu dari para
lapisan toko adat yang seharian hidup di dekat hutan-hutan tersebut, sehingga
kerapkali masyarakat adat menolak segala bentuk pembangunan yang di haruskan
menumbangkan hutan secara besar besaran walaupun kekuatan mereka hanya
mengandalkan klaim wilayah warisan nenek moyang yang secara turun terumurun
tetapi secara pandangan budaya setempat yang di klaim oleh mereka adalah
kebenaran yang layak di yakini, tetapi prinsip kebangsaan menuntut bahwa
wilayah yang benar adalah wilayah secara teritorial administrasi harus di
buktikan hitam di atas putih.
Oleh: Oleh Florentianus Nadriyani Mbey. HMJFTEAM
Komentar
Posting Komentar