Unika St. Paulus Ruteng Gelar Lomba Torok Meriahkan Dies Natalis ke-65
Ruteng, Manggarai - Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-65, Universitas Katolik Indonesia (Unika) St. Paulus Ruteng menyelenggarakan Lomba Torok Tingkat SMA/SMK se-Manggarai Raya pada Selasa (14/5/2024). Bertempat di Aula Gedung Utama Timur (GUT) lantai lima Kampus Unika St. Paulus Ruteng, acara ini dihadiri oleh berbagai sekolah dan menghadirkan suasana penuh semangat dan kompetitif.
Suasana perlombaan
Lomba torok, sebuah seni budaya khas Manggarai yang menggunakan alat musik tradisional Khas manggarai, menjadi ajang bagi para siswa untuk menunjukkan bakat dan kemampuan mereka dalam melestarikan budaya lokal. Acara ini dibuka dengan tradisi tuak kapu oleh RD. Dr. Inosensius Sutam dan sambutan dari Warek I Unika St. Paulus Ruteng, Dr. Marselus Ruben Payong, M.Pd.
Menjaga Jati Diri Ke-Manggaraian
Dalam sambutannya, Dr. Marselus Ruben Payong menyampaikan bahwa lomba ini bukan hanya ajang prestasi, tetapi juga upaya untuk melestarikan jati diri ke-Manggaraian. "Kesempatan ini bukan hanya sekadar ajang untuk meraih prestasi tetapi untuk merawat melestarikan jati diri ke manggaraian," ujarnya.
Ia pun mengapresiasi antusiasme para peserta dan sekolah yang telah berpartisipasi dalam lomba ini. "Kami juga memberikan apresiasi dan terimakasih kepada Bapa/Ibu kepala sekolah dari SMA dan SMK di Manggarai Raya ini yang sudah berkenan merespon dan memberikan tanggapan positif terhadap tawaran kami untuk mengikuti perlombaan ini," tambahnya.
Semangat Generasi Muda Lestarikan Budaya
Salah satu peserta lomba, Mario Pedro Jemari Ceca dari SMK Sewakarsa Ruteng, mengungkapkan rasa bangganya atas kesempatan untuk mengikuti lomba ini. "Saya sangat bangga dan senang dengan kegiatan seperti ini dimana selain melestarikan budaya lokal ini juga merupakan ajang untuk melatih kami untuk berkompetisi," tuturnya.
Ia pun menyampaikan harapannya agar lomba ini dapat terus diadakan untuk memotivasi generasi muda dalam melestarikan budaya Manggarai. "Pesan dan kesan yang disampaikan untuk Kampus Unika St. Paulus Ruteng, semoga kedepan perlombaan ini harus diteruskan karena budaya Manggarai dipengaruhi oleh budaya asing. Harapanya kampus unika kedepannya makin jaya dan sukses," tutupnya.
Juri: Melestarikan Warisan Leluhur dan Globalisasi Lokal
Romo Ino Sutam, kordinator sekaligus juri dalam perlombaan ini, menyampaikan kriteria penilaian dalam lomba ini. "Yang pertama, terimakasih kepada sekolah-sekolah yang telah menanggapi dan merespon dengan baik dan memiliki antusiasme dalam mengikuti perlombaan ini," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa penilaian meliputi naskah torok, video, struktur isi naskah dan pesan yang disampaikan, cara membawakan, intonasi, artikulasi, kenyaringan suara, serta penampilan secara keseluruhan.
Lebih lanjut, Romo Ino Sutam berharap agar kegiatan ini dapat mendorong generasi muda untuk menggali warisan leluhur dan identitas ke-Manggaraian. "Dengan adanya kegiatan ini semakin banyak orang muda terdorong untuk menggali lagi warisan leluhur dan event lokal, identitas kemanggaraian kita. Sehingga kita selain ada globalisasi, lokalisasi dan internalisasi nilai lokal sehingga kita menjadi 100% orang Indonesia, 100% orang Manggarai, Katolik dan 100% warga dunia," tuturnya.
Lomba Torok Unika St. Paulus Ruteng ini menjadi bukti nyata komitmen universitas dalam melestarikan budaya Manggarai dan mendorong generasi muda untuk terus berkarya dan berkreasi dalam menjaga kekayaan budaya bangsa.
Ruteng, Manggarai - Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-65, Universitas Katolik Indonesia (Unika) St. Paulus Ruteng menyelenggarakan Lomba Torok Tingkat SMA/SMK se-Manggarai Raya pada Selasa (14/5/2024). Bertempat di Aula Gedung Utama Timur (GUT) lantai lima Kampus Unika St. Paulus Ruteng, acara ini dihadiri oleh berbagai sekolah dan menghadirkan suasana penuh semangat dan kompetitif.
Lomba torok, sebuah seni budaya khas Manggarai yang menggunakan alat musik tradisional Khas manggarai, menjadi ajang bagi para siswa untuk menunjukkan bakat dan kemampuan mereka dalam melestarikan budaya lokal. Acara ini dibuka dengan tradisi tuak kapu oleh RD. Dr. Inosensius Sutam dan sambutan dari Warek I Unika St. Paulus Ruteng, Dr. Marselus Ruben Payong, M.Pd.
Menjaga Jati Diri Ke-Manggaraian
Dalam sambutannya, Dr. Marselus Ruben Payong menyampaikan bahwa lomba ini bukan hanya ajang prestasi, tetapi juga upaya untuk melestarikan jati diri ke-Manggaraian. "Kesempatan ini bukan hanya sekadar ajang untuk meraih prestasi tetapi untuk merawat melestarikan jati diri ke manggaraian," ujarnya.
Ia pun mengapresiasi antusiasme para peserta dan sekolah yang telah berpartisipasi dalam lomba ini. "Kami juga memberikan apresiasi dan terimakasih kepada Bapa/Ibu kepala sekolah dari SMA dan SMK di Manggarai Raya ini yang sudah berkenan merespon dan memberikan tanggapan positif terhadap tawaran kami untuk mengikuti perlombaan ini," tambahnya.
Semangat Generasi Muda Lestarikan Budaya
Salah satu peserta lomba, Mario Pedro Jemari Ceca dari SMK Sewakarsa Ruteng, mengungkapkan rasa bangganya atas kesempatan untuk mengikuti lomba ini. "Saya sangat bangga dan senang dengan kegiatan seperti ini dimana selain melestarikan budaya lokal ini juga merupakan ajang untuk melatih kami untuk berkompetisi," tuturnya.
Ia pun menyampaikan harapannya agar lomba ini dapat terus diadakan untuk memotivasi generasi muda dalam melestarikan budaya Manggarai. "Pesan dan kesan yang disampaikan untuk Kampus Unika St. Paulus Ruteng, semoga kedepan perlombaan ini harus diteruskan karena budaya Manggarai dipengaruhi oleh budaya asing. Harapanya kampus unika kedepannya makin jaya dan sukses," tutupnya.
Juri: Melestarikan Warisan Leluhur dan Globalisasi Lokal
Romo Ino Sutam, kordinator sekaligus juri dalam perlombaan ini, menyampaikan kriteria penilaian dalam lomba ini. "Yang pertama, terimakasih kepada sekolah-sekolah yang telah menanggapi dan merespon dengan baik dan memiliki antusiasme dalam mengikuti perlombaan ini," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa penilaian meliputi naskah torok, video, struktur isi naskah dan pesan yang disampaikan, cara membawakan, intonasi, artikulasi, kenyaringan suara, serta penampilan secara keseluruhan.
Lebih lanjut, Romo Ino Sutam berharap agar kegiatan ini dapat mendorong generasi muda untuk menggali warisan leluhur dan identitas ke-Manggaraian. "Dengan adanya kegiatan ini semakin banyak orang muda terdorong untuk menggali lagi warisan leluhur dan event lokal, identitas kemanggaraian kita. Sehingga kita selain ada globalisasi, lokalisasi dan internalisasi nilai lokal sehingga kita menjadi 100% orang Indonesia, 100% orang Manggarai, Katolik dan 100% warga dunia," tuturnya.
Lomba Torok Unika St. Paulus Ruteng ini menjadi bukti nyata komitmen universitas dalam melestarikan budaya Manggarai dan mendorong generasi muda untuk terus berkarya dan berkreasi dalam menjaga kekayaan budaya bangsa.
HENDRIANUS J. PAHUR, ANGELUS JEBATU DAN THERESIA KASI, HMJF TEAM UNIKA ST. PAULUS RUTENG
Komentar
Posting Komentar